Presiden Filipina Sebelum Duterte: Siapa Mereka?
Siapa saja presiden Filipina sebelum Duterte? Untuk memahami lanskap politik Filipina saat ini, penting untuk melihat kembali pemimpin yang mendahului Rodrigo Duterte. Negara kepulauan ini memiliki sejarah yang kaya dan beragam, dengan setiap presiden meninggalkan jejak unik mereka di negara tersebut. Mari kita telusuri presiden-presiden Filipina yang menjabat sebelum masa jabatan Duterte, menyoroti latar belakang, kebijakan utama, dan warisan mereka.
Benigno Aquino III (2010-2016)
Benigno Aquino III, yang dikenal sebagai "Noynoy," menjabat sebagai presiden Filipina dari tahun 2010 hingga 2016. Sebagai putra dari ikon demokrasi Corazon Aquino dan tokoh oposisi Benigno Aquino Jr., ia mewarisi silsilah politik yang kuat. Aquino III berkampanye dengan platform good governance dan anti-korupsi, yang beresonansi dengan banyak warga Filipina yang lelah dengan praktik korup. Salah satu pencapaian utama Aquino III adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi Filipina. Di bawah kepemimpinannya, negara mengalami pertumbuhan PDB yang stabil, menarik investasi asing dan menciptakan lapangan kerja. Aquino juga berfokus pada peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, dengan meluncurkan inisiatif seperti sistem e-procurement dan memperkuat kantor Ombudsman. Namun, masa jabatan Aquino III bukannya tanpa tantangan. Dia menghadapi kritik atas penanganannya terhadap tragedi Sandiganbayan pada tahun 2010, di mana delapan turis Hong Kong tewas setelah disandera oleh mantan polisi. Pemerintahan Aquino juga bergulat dengan masalah infrastruktur, kemiskinan, dan kesenjangan. Terlepas dari tantangan ini, Aquino III dipuji karena komitmennya terhadap tata pemerintahan yang baik dan upayanya untuk meningkatkan ekonomi Filipina. Warisannya terus membentuk lanskap politik Filipina hingga saat ini.
Gloria Macapagal Arroyo (2001-2010)
Gloria Macapagal Arroyo menjabat sebagai presiden Filipina dari tahun 2001 hingga 2010, naik ke tampuk kekuasaan setelah penggulingan Joseph Estrada. Arroyo, seorang ekonom dan akademisi, membawa pengalaman dan keahlian yang kaya ke kantor kepresidenan. Fokus utamanya adalah pada pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Pemerintahan Arroyo menerapkan berbagai kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk menarik investasi asing, meningkatkan ekspor, dan menciptakan lapangan kerja. Dia juga berinvestasi dalam infrastruktur, dengan membangun jalan, jembatan, dan pelabuhan baru. Salah satu pencapaian penting Arroyo adalah stabilitas ekonomi Filipina selama masa jabatannya. Negara mengalami pertumbuhan PDB yang stabil, dan inflasi tetap terkendali. Arroyo juga dipuji karena kepemimpinannya dalam menanggapi bencana alam, seperti Topan Haiyan pada tahun 2013. Namun, masa jabatan Arroyo dibayangi oleh kontroversi dan tuduhan korupsi. Dia menghadapi beberapa upaya pemakzulan, tetapi mereka semua gagal. Arroyo juga dituduh melakukan kecurangan pemilu pada tahun 2004, tetapi dia dibebaskan dari semua tuduhan. Terlepas dari kontroversi tersebut, Arroyo tetap menjadi tokoh yang berpengaruh dalam politik Filipina. Kebijakan dan inisiatif ekonominya terus membentuk negara tersebut hingga saat ini. Presiden ini meninggalkan warisan yang kompleks yang diperdebatkan hingga saat ini.
Joseph Estrada (1998-2001)
Joseph Estrada, seorang mantan aktor film populer, menjabat sebagai presiden Filipina dari tahun 1998 hingga 2001. Estrada, yang dikenal dengan karismanya dan daya tariknya bagi orang miskin, berkampanye dengan platform pro-miskin. Janji utamanya adalah untuk memberantas kemiskinan dan meningkatkan kehidupan warga Filipina biasa. Namun, masa jabatan Estrada berumur pendek karena tuduhan korupsi dan pelanggaran berat lainnya. Dia dimakzulkan oleh DPR pada tahun 2000 dan diadili oleh Senat pada tahun 2001. Namun, persidangan itu tidak pernah selesai, karena diinterupsi oleh protes publik yang dikenal sebagai Revolusi EDSA II. Estrada akhirnya digulingkan dari jabatannya dan digantikan oleh Wakil Presidennya, Gloria Macapagal Arroyo. Terlepas dari masa jabatannya yang singkat dan kontroversial, Estrada tetap menjadi tokoh yang populer dalam politik Filipina. Dia kemudian mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2010 tetapi dikalahkan oleh Benigno Aquino III. Estrada juga menjabat sebagai walikota Manila dari tahun 2013 hingga 2016. Masa jabatan Estrada sebagai presiden Filipina adalah masa pergolakan politik dan ketidakpastian ekonomi. Warisannya terus diperdebatkan hingga saat ini.
Fidel V. Ramos (1992-1998)
Fidel V. Ramos menjabat sebagai presiden Filipina dari tahun 1992 hingga 1998. Ramos, seorang perwira militer karir, membawa rasa disiplin dan profesionalisme ke kantor kepresidenan. Fokus utamanya adalah pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik. Pemerintahan Ramos menerapkan berbagai kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk menarik investasi asing, meningkatkan ekspor, dan menciptakan lapangan kerja. Dia juga berinvestasi dalam infrastruktur, dengan membangun jalan, jembatan, dan pembangkit listrik baru. Salah satu pencapaian penting Ramos adalah pembubaran krisis listrik yang melumpuhkan Filipina pada awal 1990-an. Dia memberikan kontrak kepada pembangkit listrik swasta, yang secara signifikan meningkatkan pasokan listrik di negara tersebut. Ramos juga dipuji karena kepemimpinannya dalam mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi. Dia mengadakan pembicaraan damai dengan berbagai kelompok pemberontak, termasuk Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) dan Tentara Rakyat Baru (NPA). Pemerintahan Ramos ditandai dengan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik. Dia secara luas dikreditkan dengan meletakkan dasar bagi kemakmuran ekonomi Filipina di tahun-tahun berikutnya. Warisan Ramos terus menginspirasi para pemimpin Filipina hingga saat ini.
Corazon Aquino (1986-1992)
Corazon Aquino menjabat sebagai presiden Filipina dari tahun 1986 hingga 1992, memimpin negara itu setelah Revolusi Kekuatan Rakyat yang menggulingkan Ferdinand Marcos. Aquino, seorang ibu rumah tangga dan janda dari pemimpin oposisi Benigno Aquino Jr., menjadi simbol demokrasi dan harapan bagi rakyat Filipina. Pemerintahan Aquino berfokus pada pemulihan lembaga-lembaga demokrasi dan mempromosikan hak asasi manusia. Dia membebaskan tahanan politik, memulihkan kebebasan pers, dan menyusun konstitusi baru. Aquino juga menghadapi sejumlah tantangan, termasuk upaya kudeta dari elemen militer dan ketidakstabilan ekonomi. Dia berhasil menavigasi tantangan ini dan memimpin Filipina menuju periode transisi demokrasi. Salah satu pencapaian penting Aquino adalah pembubaran program reformasi agraria. Dia mendistribusikan tanah kepada petani, yang secara signifikan mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan. Pemerintahan Aquino ditandai dengan komitmennya terhadap demokrasi, hak asasi manusia, dan keadilan sosial. Warisannya terus menginspirasi para pemimpin Filipina hingga saat ini. Presiden ini membuka jalan bagi Filipina yang lebih demokratis.
Ferdinand Marcos (1965-1986)
Ferdinand Marcos menjabat sebagai presiden Filipina dari tahun 1965 hingga 1986. Masa jabatannya ditandai dengan campuran pembangunan ekonomi dan pemerintahan otoriter. Pada tahun-tahun awalnya, Marcos berfokus pada pembangunan infrastruktur dan modernisasi ekonomi. Dia membangun jalan, jembatan, sekolah, dan rumah sakit baru. Marcos juga menerapkan program reformasi agraria dan mempromosikan investasi asing. Namun, pemerintahan Marcos secara bertahap menjadi semakin otoriter. Dia menyatakan darurat militer pada tahun 1972, menangguhkan hak-hak sipil dan membungkam perbedaan pendapat. Marcos juga dituduh melakukan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia. Kekayaan keluarganya tumbuh secara eksponensial sementara jutaan orang Filipina hidup dalam kemiskinan. Pembunuhan pemimpin oposisi Benigno Aquino Jr. pada tahun 1983 memicu protes publik yang meluas, yang berpuncak pada Revolusi Kekuatan Rakyat pada tahun 1986. Marcos akhirnya digulingkan dari jabatannya dan melarikan diri ke Hawaii. Masa jabatan Marcos sebagai presiden Filipina adalah masa pembangunan ekonomi dan pemerintahan otoriter. Warisannya terus diperdebatkan hingga saat ini. Guys, sejarah ini penting untuk kita pahami agar kita bisa menghargai perjuangan bangsa kita.
Memahami presiden-presiden Filipina sebelum Duterte memberikan konteks yang berharga untuk lanskap politik negara saat ini. Setiap pemimpin membawa kekuatan, kelemahan, dan prioritas mereka sendiri ke kantor kepresidenan, yang membentuk lintasan negara. Dengan mempelajari masa lalu, kita dapat memperoleh wawasan tentang tantangan dan peluang yang dihadapi Filipina saat ini dan di masa depan.